Selasa, 05 Agustus 2008

Efektivitas E-PR

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin pesat dewasa ini telah membuat dunia terasa makin kecil dan ruang seakan menjadi tak berjarak lagi. Mulai dari wahana teknologi komunikasi yang paling sederhana berupa perangkat radio dan televisi hingga internet dan telepon genggam dengan aplikasi tanpa kabel, informasi berkembang dengan sangat cepat. Perubahan informasi kini tidak lagi dalam jangka minggu atau hari bahkan jam melainkan sudah berada dalam skala menit dan detik dan ini dapat diperoleh melalui sumber informasi yang disebut dengan internet.
Internet merupakan kumpulan atau jaringan komputer diseluruh dunia yang mengembangkan APARNET, suatu sistem komunikasi yang etrkait dengan pertahanan keamanan yang dikembangkan pada tahun 1960-an. Manfaat sistem komunikasi yang berjaringan ini dengan cepat ditangkap oleh para peneliti dan pendidik secara umum. Melalui internet, kita dapat merekam dan mendokumentasikan informasi melalui chip yang ada di komputer kemudian digabungkan dengan telepon, komputer, dan modem.
Internet telah berkembang secara fenomenal, baik dari segi jumlah host computer (komputer induk) maupun dari segi penggunanya, selama beberapa tahun terakhir. Salah satu pengukuran terbaik melalui besarnya internet ini adalah host computer. Host computer adalah sebuah komputer yang menyimpan informasi yang dapat diakses melalui jaringan. Dari tahun 1959-1999, jumlah host komputer meningkat mulai 5.9 juta menjadi 43.2 juta (Network Wizards, 1999).
Perkembangan internet yang begitu pesat dengan pemakai yang terus bertambah menjadikan aktivitas komunikasi data dan informasi semakin mudah dan cepat. Dewasa ini, diperkirakan ada lebih dari 30.000 jaringan dengan alamat lebih kurang 30 juta diseluruh dunia (http://www.rad.net.id/homes/edward/intnasic/1.htm). Data statistik yang diperoleh menunjukkan bahwa pada tahun 1995 terdapat 30 juta populasi pengguna dan 100 juta pengguna pada tahun 1998. Diperkirakan tahun 2010 semua orang akan terhubung ke internet dengan asumsi pertumbuhan setiap bulan sebesar 10% (http://www.ai3.itb.ac.id/news/sejarah_networklain.html).
Di Indonesia, pengguna internet menurut data asosiasi penyelenggara jasa internet di Indonesia (APJIT) tahun 1996 hanya 110.000 orang dan tahun 2002 meningkat menjadi 220.000 orang. Hasil survei pengguna internet tahun 1999 menunjukkan karakter pengguna internet di Indonesia berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh kaum laki-laki dengan persentase hampir 90% sedangkan kaum wanita hanya lebih kurang 10% (majalah internet, 25 Juli 2002). Hadirnya penggunaan internet secara massal melalui sistem komunikasi yang bermediasi komputer disebut oleh Rogers “teknologi media komunikasi baru” (1986).
Faktor utama yang berperan dalam pesatnya pertumbuhan internet adalah potensi e-commerce atau transaksi jual-beli dari internet. Pajak e-commerce tingkat dunia adalah $21.1 juta pada tahun 1999 naik 154% dari tahun sebelumnya (ItelliQuest,1999). Penghasil pajak terbesar dalam web adalah penjualan buku. Amazon .com mencatat penjualan sebesar $250 juta selama 4 bulan terkhir tahun 1998.
Berlo (1975) dalam Fisher (1986) menamakan ledakan informasi dan revolusi teknologi yang terjadi dewasa ini sebagai “revolusi” dalam komunikasi. Dofivat (1967) dalam Rahmat (1999) berpendapat bahwa teknologi komunikasi mutakhir telah menciptakan apa yang disebut “publik dunia”. Liliweri (2003) menyebut gejala ini dengan istilah masa budaya elektronik. Beberapa ciri dari budaya elektronik yang dikemukakannya antara lain: (1) membagi informasi dengan sangat cepat; (2) proses penggandaan dan banyak copy diperoleh dengan cara yang mudah; (3) satu copy dapat diakses oleh orang banyak; (4) pelajaran baru kini disebut sebagai membaca linier; (5) ada semacam konsensus yang berjangka waktu lama, tetapi dengan partisipasi yang lebih seimbang; (6) menekan status dan tatanan sosial melalui tanda-tanda tertentu; (7) etiket tidak terlalu kuat sehingga individu bebas memperluas norma-norma yang dipertukarkan; (8) kerja kolaboratif bisa tepat pada waktunya dan jaraknya lebih besar; (9) komunikasi dapat membagi aspek-aspek bidang lisan maupun tulisan; (10) memberi sumbangan pada pembaharuan dan pemanfaatan organisasi baru; (11) alat-alat khusus sangat diperlukan sebagai syarat untuk berpartisipasi; (12) telah terjadi pengayaan informasi disatu pihak dan terjadi jurang kemiskinan di pihak lain.
Teknologi komunikasi baru ternyata juga memberi pengaruh terhadap meningkatnya bidang penelitian komunikasi. Isu-isu yang dikaji telah dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi. Salah satu bidang penelitian baru yaitu penelitian terhadap isi pesan e-mail (electronik mail) yang merupakan salah satu fasilitas yang paling banyak digunakan di internet. Hal ini karena e-mail merupakan alat komunikasi paling murah dan cepat. Melalui e-mail kita dapat berhubungan dengan siapa saja yang terhubung ke internet di seluruh dunia. Dalam berbagai survei Internet yang dapat dilihat di http://dir.yahoo.com/computers and_internet/statistics_and_Demograpgics/surveys, maupun dalam berbagai kesempatan seminar dan diskusi, ternyata aplikasi tama yang digunakan pengguna internet untuk berkomunikasi dan bersilaturrahmi bukan sekedar akses web. Survei yang dilakukan oleh GVU (http://www.gvu.gatech.edu/user_surveys/) terlihat bahwa 84% responden memilih e-mail sebagai aplikasi yang paling penting di internet (Onno:2003).
Salah satu kegunaan unik dari fasilitas e-mail ini yaitu terdapatnya pengguna yang berada pada grup tertentu. Penggunaan e-mail untuk forum diskusi kelompok yang besar dikenal dengan teknik atau aplikasi mailing list. Selanjutnya mailing list menjadi aplikasi dasar utama dalam pembentukan berbagai komunitas cyber. Anggota grup akan menerima pesan-pesan yang terkirim ke alamat group secara serentak.
Mailing list ini memberi setiap pribadi suatu wewenang untuk mengirimkan berbagai pesan yang berisi aneka ragam pikiran kepada ribuan orang tanpa disunting. Mailing list di sini berperan sebagai sebuah laporan pelanggan berkesinambungan karena setiap orang tak henti-hentinya menyumbangkan pandangan, pengalaman, peringatan melalui e-mail mereka.
Berawal dari hal inilah kemudian muncul apa yang disebut dengan istilah “demokratisasi informasi” yang memandang fasilitas ini benar-benar suatu forum demokratis karena pada jaringan ini komunikasi setiap orang ditangani secara merata. Ditambahkan lagi fasilitas komunikasi baru ini menjadi media diskusi antara pihak-pihak dengan ideologi dan kepentingan yang berbeda-beda.
Adanya teknologi internet dalam dunia khususnya dunia PR sangat terbantu. Karena teknologi ini dapat membantu seorang PR untuk lebih cepat menginformasikan berita atau pesan-pesan pada khalayak dengan cepat dan efisien. Lebih dikenal dengan sebutan E-PR.
Dengan demikian penulis tertarik untuk meneliti judul di atas. Bagaimana efektivitas suatu perusahaan dalm menyajikan informasi pada khalayak khususnya dikalangan mahasiswa? Karena seperti kita tahu membuat suatu penelitian untuk skripsi yang dilakukan pada suatu perusahaan kebanyakan mahasiswa berhubungan langsung dengan PR perusahaan tersebut dan komunikasi tersebut terjadi dalam teknologi E-PR.

Sabtu, 02 Agustus 2008

kacanduan internet


akhir-akhir ini kita telah melihat mulainya perdebatan tentang kemungkinan efek berbahaya internet yang mirip dengan perdebatan panjang tentang kemungkinan efek yang berbahaya dari televisi. satu kemungkinan efek nagatif penggunaan internet adalah kecanduan internet. kecanduan internet dapat didefinisikan sebagai pemakaian internet secara berlebihan yang ditandai dengan gejala-gejala klinis kecanduan, seperti kecanduan dengan objek candu, pemakaian yang sering pada objek candu, tidak memperdulikan dampak fisik maupun psikologis pemakaian dsb (young, 1996). riset young (1996) menyebutkan bahwa ruang chatting merupakan sumber utama kecanduan online. young mengatakan bahwa "sering kali, ruang chatting memungkinkan seseorang memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup-nyata yang belum terpenuhi seperti dukungan sosial, rassa memiliki dalam sebuah kelompok, atau pengungkapan rahasia-dari seseorang" (stanley,1997)di kutip dari buku TEORI KOMUNIKASI (Werner J. Severin-James W. Tankard, Jr)

cyberspace

dalam novel William Gibson (1984/1994), Neuromancer, istilah dunia maya muncul pertama kalinya untuk merujuk pada jaringan informasi luas yang oleh para penggunanya disebut dengan console cowboys akan "muncul", atau koneksi langsung dengan sistem-sistem syaraf mereka.
berikut adalah sebuah definisi lebih formal yang dikembangkan dari konsep Gibson tetapi memberikan keterkaitan langsung dengan sistem syaraf: "dunia maya adalah realita yang terhubung secara global, didukung komputer, berakses komputer, multidimensi, artivisial. dalam realita ini, di mana setiap komputer adalah sebuah jendela, terlihat atau terdengar objek-objek yang bukan bersifat fisik dan bukan representasi objek-objek fisik, namun lebih merupakan gaya, karater dan aksi pembuatan data, pembuatan informasi murni. (Benedikt,1991)

mediamorfosis

Roger Fidler (1997) telah mempresentasikan gagasan tentang media morfosis untuk memahami kita memahami jenis perubahan di bidang media ini. definisinya "perubahan bentuk media komunikasi, biasanya disebabkan oleh adanya interaksi kompleks dari kebutuhan-kebutuhan penting, tekanan-tekanan kompetitif dan politis dan inovasi-inovasi sosial dan teknologis.

E-PR

E-PR adalah penerapan dari perangkat ICT (Information and Communication Technologies) untuk keperluan PR. Dunia yang ditenggarai oleh Internet, di mana setiap aktivitas secara langsung atau tidak langsung ditenggarai oleh Internet, karena itu setiap bentuk aktivitas PR semakin membutuhkan satu atau lebih unsur ICT. Hal ini berarti bahwa setiap praktisi PR perlu memiliki perangkat ICT dan terampil dalam menggunakannya, dan tentu dalam hal ini tanpa ICT kegiatan PR mereka tidak akan efektif. Pada prinsipnya untuk menggunakan perangkat tersebut tidak diperlukan suatu keahlian atau learning curve yang tinggi. E-PR juga lebih dari pengertian di atas, mengingat hal tersebut mencakup pengetahuan untuk menerapkan kapan perangkat dan keahlian tersebut harus diterapkan dan pengaruhnya apa. Disiplin E-PR pada prinsipnya mengikuti pinsip "membangun hubungan".

E-PR merujuk ke para praktisi yang pandai mencari, mengevaluasi, dan menyebarkan pengetahuan atau berita dari intranet dan internet untuk memproses komunikasi. Praktisi E-PR harus seorang yang handal dalam berselancar di dunia maya dan tahu ke mana saja mereka harus berselancar untuk membangun brand.Seorang praktisi E-PR mampu mengembangkan content untuk format distribusi apa saja (media cetak, radio, TV, situs web, e-mail, iTV, PDA, WAP, Usenet dan sejenisnya) agar dapat dengan tepat menjangkau berbagai macam audiens. Dan tahu kapan ia harus mempromosikan dan bilamana ia harus memberi tanggapan dan bereaksi.